Prosesfermentasi ngasilang kalih tipe biofuel inggih punika alkohol lan ester. Bahan-bahan puniki secara teori polih anggen menggantikan bahan bakar fosil nannging karena terkadang diperlukan perubahan besar ring mesin, biofuel biasanya dicampur sareng bahan bakar fosil.Uni Eropa merencanakan 5,75 persen etanol yang dihasilkan dari gandum, bit, kentang atau jagung ditambahkan pada bahan bakar

Manfaat Biogas – Energi biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang sangat potensial karena mempunyai biaya produksi yang rendah. Peternakan sapi adalah salah satu tempat yang dapat menjadi tempat penghasil biogas. Biogas merupakan sumber energi ramah lingkungan yang dapat membantu kita akan ketergantungan terhadap energi listrik, elpiji maupun BBM. Dalam pembuatan biogas membutuhkan teknologi yang dapat memanfaatkan proses fermentasi secara berkelanjutan sampah organik secara anaerobik oleh bakteri untuk menghasilkan gas bakar. Secara sederhana semua sumber limbah organik sebagai bahan dasar biogas akan ditampung pada suatu tempat tertutup. Kemudian dari tepat itu dipasang pipa untuk mengalirkan gas yang dihasilkan. Dampak Biogas Dalam pemanfaatannya, penggunaan biogas juga mempunyai dampak baik positif maupun negatif. Berikut kedua dampak tersebut dari penggunaan biogas sebagai sumber energi alternatif 1. Dampak positif biogas Mengurangi penggunaan gas alam. Memanfaatkan kotoran hewan ternak. 2. Dampak negatif biogas Proses pembuatan biogas yang mungkin dapat mencemari udara. Membutuhkan penanganan khusus dan peralatan yang tidak murah. Manfaat Biogas Namun patut ditekankan disini adalah dalam pemanfaatan kotoran ternak seperti sapi untuk menghasilkan biogas diperlukan syarat terkait yang memenuhi. Syarat ini yaitu aspek teknis, manajemen, sumber daya manusia dan infrastruktur yang layak. Dengan terpenuhinya syarat tersebut maka pemanfaatan biogas di pedesaan akan berjalan dengan optimal untuk memenuhi kebutuhan energi. Selain sebagai sumber energi, biogas juga mempunyai manfaat lain yaitu 1. Menjaga Alam Tetap Lestari Biogas merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan murah, hal ini karena pemanfaatan biogas yang optimal dapat mengurangi volume limbah organik seperti kotoran ternak. Kotoran ternak yang dibiarkan terbuang begitu saja juga dapat mencemari lingkungan apabila terkumpul dalam jumlah besar, selain itu juga akan menimbulkan bau tidak sedap. Selain itu, biogas juga mempunyai pembakaran yang lebih bersih dibandingkan sumber energi lain seperti BBM dan batu bara yang tentunya akan lebih ramah lingkungan. 2. Melawan Efek Rumah Kaca Penggunaan dan pemanfaatan biogas juga dapat menjadi cara untuk melawan efek rumah kaca. Seperti yang kita tahu bahwa efek rumah kaca juga disebabkan karena penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan. Biogas dapat melawan efek rumah kaca dengan cara sebagai berikut Menggantikan penggunaan bahan bakar fosil untuk energi listrik maupun kebutuhan memasak. Salah satu penyebab efek rumah kaca adalah gas metana yang dihasilkan dari kotoran ternak. Dengan dimanfaatkannya gas tersebut maka dapat mengurangi jumlah gas metana yang ada di udara sehingga dapat menekan efek rumah kaca. Gas metana yang terbakar dalam pemanfaatan biogas akan menghasilkan karbondioksida yang nantinya dapat diserap oleh tumbuhan untuk menghasilkan oksigen.

Trenpemakaian biogas di sejumlah tempat memerlukan kompor biogas mumpuni. Kompor biogas perlu efisien bagi reaktor gas. Sejumlah syarat melekat pada kompor biogas berkualitas seperti pasokan udara dapat mudah disesuaikan, serta lubangnya harus tepat. Pemancar dan pipa yang menghidupkan tungku pun perlu lurus. – Biogas adalah gas alami yang dihasilkan dari pemecahan bahan organik oleh bakteri anaerob dan digunakan dalam produksi energi. Biogas berbeda dengan gas alam karena biogas merupakan sumber energi terbarukan yang diproduksi secara biologis melalui pencernaan utamanya terdiri dari gas metana, karbon dioksida, dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen, serta karbon monoksida. Dikutip dari Encyclopedia Britannica, biogas dapat terbentuk secara alami ditumpukan kompos, sebagai gas rawa, dan sebagai hasil dari fermentasi enterik pada hewan ruminansia. Selain itu, biogas juga dapat dihasilkan dalam digester anaerobik dari kotoran hewan atau sisa tumbuhan yang dikumpulkan dari tempat pembuangan akhir. Baca juga Energi Panas Bumi, Anugerah Melimpah bagi BangsaManfaat biogas Biogas dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Umumnya, biogas yang dikompresi dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Selain itu, mengutip National Grid, biogas juga digunakan sebagai pengganti gas alam. Jika biogas dibersihkan dan ditingkatkan ke standar gas alam, sumber energi ini dapat digunakan dengan cara yang mirip dengan metana. Penggunaan biogas merupakan teknologi hijau yang memberikan manfaat bagi lingkungan. Teknologi biogas memungkinkan penggunaan yang efektif dari kotoran hewan dan limbah padat. Konversi sampah organik menjadi biogas juga mengurangi produksi gas rumah kaca metana karena pembakaran yang efisien menggantikan metana dengan karbon dioksida. Kekurangan biogas Meski bermanfaat dan ramah lingkungan, biogas memiliki sejumlah kekurangan. Dilansir dari Homebiogas, berikut adalah kekurangan biogas Baca juga Energi Kalor Pengertian dan Jenis-jenis Perubahannya
Darisisi penggunaan, kompor induksi juga lebih murah dibandingkan dengan kompor LPG. Hasil uji coba menunjukkan, rumah tangga kecil rata-rata mengkonsumsi 11,4 kg LPG subsidi dengan biaya Rp 79.400 per bulan setelah disubsidi pemerintah sebesar Rp 125.400, sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk memasak menggunakan LPG mencapai Rp 204.800 per bulan.
Apesar de alguns problemas quanto a sua matriz energética, o Brasil encontra-se em situação privilegiada no que se refere a suas fontes primárias de oferta de energia. Isso porque, a maior parte da energia consumida pelo país é proveniente de fontes renováveis, caso da hidroeletricidade e principalmente da biomassa. O uso da biomassa vem crescendo rapidamente no Brasil, tanto que hoje representa a 3ª fonte para geração de energia mais usada no país, ganhando rapidamente espaço na matriz energética brasileira. A biomassa pode se apresentar de diversas maneiras, caso da lenha e derivados da madeira como serragem e carvão vegetal, derivados da cana-de-açúcar, cascas de arroz e muitas outras formas. A utilização da energia da biomassa vem ganhando importância no desenvolvimento de novas alternativas energéticas devido às vantagens que podem trazer. Veja a seguir as 5 principais vantagens do uso da biomassa como combustível para a geração de energia. A biomassa contribui com a questão ambiental Em comparação com os combustíveis fósseis representados pelos derivados de petróleo, os resíduos da queima das biomassas representados por materiais orgânicos geram muito menos emissões de gases causadores do efeito estufa. Toda a combustão destes materiais orgânicos devolve à natureza apenas o carbono utilizado pela planta para crescer, o que não gera prejuízos ambientais. Assim, o balanço de emissões de CO2 é reduzido, podendo ser quase nulo. Além disso, esta forma de energia contribui para a mitigação das mudanças climáticas, já que essa bioenergia tem um ciclo de carbono fechado com trocas compensadoras do carbono terrestre e atmosférico, diferentemente da queima de combustíveis fósseis. A combustão da biomassa também tem por característica a não emissão de dióxido de enxofre, tão poluente ao meio ambiente. Combustível totalmente renovável A biomassa é derivada da vida vegetal ou animal e, quando destinada a produção de energia, tem por característica ser um recurso natural renovável. Combustíveis fósseis também são derivados da vida vegetal carvão mineral ou animal petróleo e gás natural, entretanto são resultado de várias transformações que requerem milhões de anos para acontecerem, portanto são considerados não renováveis. A biomassa apresenta um ciclo infinitamente mais rápido. Menor custo para a aquisição da matéria-prima Outra vantagem importante do uso deste combustível está ligado ao menor custo de aquisição da matéria-prima, principalmente quando se usa a biomassa sólida, caso do cavaco de madeira. Geralmente as empresas geradoras de energia a partir da biomassa são construídas próximas às regiões onde são obtidas as matérias-primas, tal fato facilita a aquisição da matéria-prima. Esta terá menor custo, devido ao frete mais barato decorrente da menor distância. Comparada com outras formas de geração de energia, as opções de biomassas costumam apresentar baixo rendimento térmico em função da umidade e, heterogeneidade. No entanto, esse baixo rendimento pode ser compensado pela facilidade de obtenção do combustível a um custo mínimo. Além disso, com o avanço no desenvolvimento tecnológico, é possível que tanto os custos quanto a eficiência térmica melhorem ainda mais. Maior geração de empregos e renda O Brasil é um país que gera alto volume de resíduos agrícolas e florestais provenientes das atividades de cultivo – manutenção, tratos culturais e colheita, resíduos industriais resultado do processamento da matéria-prima, plantios energéticos e florestas nativas. Dentro desse contexto, todas as biomassas representa insumos de notável importância para a sociedade, tendo em vista que se trata de uma fonte renovável e descentralizada, promovendo a geração de empregos no campo, além da possibilidade de se conseguir uma renda adicional. Além disso, com o crescimento do uso da biomassa como combustível, cria-se um novo negócio destinado a ampliação e uso sustentável das culturas e florestas plantadas para a geração de novos produtos, trazendo empregos e benefícios econômicos à região. Facilidade de armazenamento, transporte e conversão Outra vantagem da biomassa, é que ela se destaca pela sua densidade energética, principalmente quando há seu processamento. Geralmente o processamento é utilizado para a retirada da umidade. O processamento da biomassa permite produzir grande variedade de biocombustíveis derivados com densidade energética mais elevada e homogênea, tornando a biomassa disponível para atender as necessidades energéticas mais modernas. Além disso, a biomassa apresenta facilidades quanto ao seu armazenamento, conversão e transporte. Para um bom uso da biomassa como combustível, é fundamental que as caldeiras apresentem máxima eficiência térmica. Veja nosso conteúdo sobre a eficiência térmica de caldeiras.
Pemanfaatankompor induksi memiliki beragam keunggulan dan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat dan negara. "PLN sangat merekomendasikan penggunaan kompor induksi di dapur rumah tangga karena lebih aman, mudah, dan efisien," kata Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi.

Ilustrasi Contoh Hambatan Menggunakan Biogas Foto UnsplashBiogas dinilai sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan. Energi ini masih termasuk dalam bioenergi, sebab berasal dari biomassa yang menjadi produk material organik yang usianya relatif buku Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif Ramah Lingkungan Daerah Desa Monggol, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta oleh Faiz Akbar Prihutama, dkk. 2017, biogas merupakan hasil akhir degradasi dan fermentasi pada kondisi lingkungan ini, biogas banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sumber energi terbarukan dalam rumah tangga, misalnya penerangan, pengganti gas untuk memasak, dan lain samping pemanfaatan tersebut, terdapat beberapa hambatan penggunaan biogas. Namun sebelum membahasnya, ada baiknya untuk menyimak pengertian biogas terlebih dahulu lewat pembahasan Contoh Hambatan Menggunakan Biogas Foto UnsplashPengertian BiogasMenurut Sri Wahyudi, MP. dalam buku Panduan Praktis Biogas, biogas adalah campuran gas yang dihasilkan bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material yang bisa terurai secara alami dalam kondisi didefinisikan pula sebagai gas yang dihasilkan aktivitas anaerobik yang mendegradasi bahan-bahan organik. Metana CH4 dan karbon dioksida CO2 menjadi kandungan utama dalam biogas. Biasanya kandungan metana mencapai 50-70%, karbon dioksida 30-40%, hidrogen 5-10%, dan gas-gas lainnya dalam jumlah tidak berbau dan berwarna. Energi terbarukan ini memiliki berat 20% lebih ringan dibanding udara dan suhu pembakaran yang berkisar antara 650-750 derajat celcius. Apabila dibakar, biogas akan menghasilkan nyala api berwarna biru Contoh Hambatan Menggunakan Biogas Foto UnsplashManfaat BiogasMengutip buku Budi Daya Sapi Perah Jilid 2 karya Budi Tri Akoso 2012, ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penggunaan biogas, antara lain1. Mengurangi Ketergantungan Minyak BumiKehadiran bahan bakar biogas dapat mengurangi ketergantungan dari minyak bumi. Penggunaan biogas juga bermanfaat untuk menurunkan emisi gas Sebagai Tenaga Penggerakan Mesin dan MotorBiogas dapat dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak motor untuk kendaraan. Dalam perkembangannya, diharapkan pada suatu saat energi biogas bisa mencukupi sebagian kebutuhan energi baru di beberapa belahan Hasil Samping Pembuatan Biogas Sebagai Pupuk OrganikBiogas dapat menghasilkan pupuk kandang organik yang kaya akan nutrisi untuk tanaman. Produksi pupuk organik ini memiliki nilai jual menjanjikan, sehingga bisa dijadikan tujuan utama Contoh Hambatan Menggunakan Biogas Foto UnsplashContoh Hambatan Menggunakan BiogasSeperti dikatakan sebelumnya, terdapat contoh hambatan menggunakan biogas, di antaranyaMembutuhkan biaya tinggi untuk alat instalasi mencari peralatan pengolah biogas di wilayah sosialisasi terkait pembuatan biogas dari mengganggu kesehatan karena limbah hewan bisa menjadi media penularan yang Dimaksud dengan Biogas?Apa Saja Kandungan Utama Biogas?Apa Contoh Pemanfaatan Biogas?

a Pemanfaatan limbah untuk biogas Biogas merupakan sumber energy terbarukan yang menggantikan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara. Tentu saja pengembangan biogas merupakan peluang yang sangat bagus untuk melakukan penghematan bahan bakar fosil yang dapat mengurangi emisi gas CO2 sehingga bias dikatakan biogas merupakan sumber
- Program Belajar dari Rumah TVRI pada Rabu, 29 April 2020 membahas energi bagi siswa SD kelas 4-6. Salah satu pertanyaan yang diajukan seputar energi alternatif. Soal Jelaskan pemanfaatan energi alternatif biogas dalam kehidupan sehari-hari! Jawaban Biogas dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar di rumah. Biogas bisa menggantikan gas yang digunakan untuk itu, biogas juga dapat dimanfaatkan untuk penerangan dan listrik. Generator listrik bisa memanfaatkan energi yang bersumber dari biogas. Dengan demikian, listrik dan penerangan di rumah tak lagi menggunakan minyak bumi atau batu bara yang merusak lingkungan. Baca juga Mengapa Pemanfaatan Sumber Energi Tidak Boleh Berlebihan? ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGRO Seorang warga mengumpulkan kotoran sapi pada pagi hari di Urutsewu, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis 10/5/2018. Di desa tersebut, sejak tahun 2007, sebuah inovasi bahan bakar gas buatan dari kotoran sapi terus dikembangkan yaitu biogas sapi, yang kini kini telah dibangun sebanyak 40 instalasi digester yang dapat disalurkan ke 100 kepala biogas di desa Sejak tahun 2007 biogas dari kotoran sapi terus dikembangkan di Desa Urutsewu, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah. Sebelum adanya pengembangan energi biogas di desa tersebut para warga masih menggunakan bahan bakar minyak dan gas LPG untuk memasak. Lambat laun pengembangan biogas terus dilakukan. Hingga kini telah dibangun sebanyak 40 instalasi digester biogas sapi yang dapat disalurkan ke 100 kepala keluarga digunakan sebagai bahan bakar gas untuk memasak dan penerangan pada lampu petromak.
\n penggunaan kompor biogas sangat bermanfaat bagi masyarakat daerah karena dapat
daerahwisata pantai, berjemur di pantai adalah bagian dari kegiatan wisata yang menyenangkan. Energi sangat bermanfaat bagi kita. Menghemat energi adalah bagian penting yang harus kita pelajari dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ayo kita pelajari dan terapkan! Petunjuk Penggunaan Modul Modul ini diperuntukkan bagi peserta didik Paket A - Biogas adalah salah satu jenis energi alternatif yang dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. Dilansir dari Youmatter, biogas adalah jenis bahan bakar nabati yang dihasilkan dari penguraian bahan organik yang dilakukan secara alami. Saat bahan organik terpapar lingkungan kedap oksigen, maka campuran gas didalamnya akan yang paling banyak dilepaskan pada proses ini adalah gas metana sebesar 50-75 persen, bergantung pada jumlah karbohidrat yang terdapat pada campuran bahan organik dan karbon dioksida. Proses ini juga menghasilkan gas lainnya namun dalam jumlah yang lebih kecil. Dikarenakan proses produksi biogas ini terjadi secara anaerob, yaitu tanpa paparan oksigen, sehingga terjadi proses fermentasi yang memecah rantai pada bahan organik. Proses pemecahan ini menjadikan bahan organik yang semula limbah menjadi sumber energi yang dapat digunakan untuk memanaskan, mendinginkan, memasak, atau bahkan memproduksi listrik. Baca juga Klasifikasi Pupuk dan Manfaatnya Cara menghasilkan biogas Penggunaan biogas merupakan teknologi hijau, yakni teknologi ramah lingkungan karena biogas didapat dari bahan alami dan selama prosesnya tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sumber biogas adalah dari kotoran sapi, sekam padi, dan bahan organik yang biasanya berasal dari sisa makanan ternak, serasah, rumput, dan daun-daunan. Kotoran sapi dapat menghasilkan biogas karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi, hal ini menjadikan kotoran sapi sangat baik digunakan sebagai starter dalam proses fermentasi saat pembuatan biogas. Kandungan selulosa yang tinggi pada kotoran sapi memudahkan proses pencernaan oleh bakteri anaerob. Dilansir dari ETIP Bioenergy, proses pembuatan bioenergi memiliki empat tahapan biokimia yang dilakukan oleh jenis mikroorganisme yang berbeda, yaitu Hidrolisis Proses pertama dalam pembuatan biogas adalah proses hidrolisis, yaitu tahap pelarutan. Bahan organik yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida, dan lemak akan diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti glukosa. Proses ini memerlukan bantuan dari enzim bakteri yang memecah rantai panjang pada karbohidrat, protein, dan lemak menjadi lebih pendek. Proses pelarutan ini terjadi pada suhu 25 derajat selsius yang terjadi di dalam digester. Baca juga 5 Sumber Daya Alam dengan Pengaruh Terbesar bagi Manusia Asidogenesis Dalam proses ini, hasil hidrolisis diubah menjadi asam organik oleh bakteri asam yang menghasilkan asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida yang merupakan komponen utama dalam pembentukan metana. Asetogenesis Asam organik dan alkohol diubah menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida oleh bakteri asetogenik. Hidrogen yang dihasilkan harus diurai oleh mikroorganisme metanogenik, karena terlalu banyak hidrogen akan menghambat pembentukan asam asetat. Metanogenesis Produk yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan diubah menjadi metana, karbon dioksida, dan air oleh bakteri yang membentuk metana tumbuh paling lambat dan bereaksi paling sensitif terhadap gangguan. Oleh sebab itu proses yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan mikroorganisme tersebut. Kondisi optimal untuk proses pembuatan biogas adalah suhu konstan selama proses, nilai pH antara 5,2-8, adanya makro dan mikronutrien yang dibutuhkan, serta tidak boleh ada inhibitor atau penghambat selama proses berlangsung. Baca juga Persoalan Lingkungan pada Bentang Alam Karst Manfaat biogas Berikut adalah manfaat biogas yang dilansir dari Homebiogas! Ramah lingkungan Gas yang dihasilkan dari biogas tidak menimbulkan polusi sehingga dapat mengurangi emisi rumah kaca. Hal ini menjadikan biogas salah satu alternatif untuk mengurani pemanasan global. Selain itu, bahan yang digunakan dalam proses pembuatan biogas akan selalu ada karena biogas berasal dari limbah hewan dan tumbuhan. Sehingga biogas merupakan sumber energi terbarukan yang akan selalu berkelanjutan. Biogas mengurangi pencemaran tanah dan air Penumpukan sampah di daratan akan mengeluarkan bau tidak sedap dan memberi dampak buruk lain seperti kemungkinan adanya cairan beracun yang mengalir ke sumber air tanah. Penggunaan biogas dapat menjadi solusi dari peningkatan kualitas air karena pada proses anaerob, patogen dan parasit yang terdapat dalam air akan dinonaktifkan. Hal ini juga efektif untuk mengurangi penyakit yang ditularkan melalui air. Pengumpulan limbah dan pengelolaan limbah di suatu wilayah yang memiliki instalasi biogas akan meningkat secara pesat, hal ini juga akan berdampak baik bagi sanitasi dan kebersihan lingkungan. Baca juga Manfaat Sumber Daya Alam Tambang Biogas menghasilkan pupuk organik Produk sampingan dari proses biogas adalah bahan organik yang diperkaya yang merupakan suplemen yang sangat baik pengganti pupuk kimia. Pembuangan pupuk dari digester dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, sedangkan pupuk kima selain memiliki dampak buruk untuk lingkungan juga dapat menyebabkan keracunan pada makanan. Murah Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan biogas relatif murah. Peternakan dapat memanfaatkan tanaman dan produk limbah yang dihasilkan oleh ternak setiap hari untuk bahan pembuatan biogas. Produk limbah dari seekor sapi dapat menghasilkan energi yang cukup untuk menyalakan lampu bohlam sepanjang hari. Pada skala industri, biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatakn untuk mencapai kualitas yang setara dengan gas alam sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Alternatif kayu bakar Di daerah pedesaan masih banyak yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar yang digunakan untuk memasak. Baca juga Contoh Manfaat Sumber Daya Alam bagi Kehidupan Manusia Memasak menggunakan kayu bakar akan menghasilkan asap yang berbahaya bagi pernafasan. Ada 4,3 juta orang meninggal setiap tahun akibat polusi udara yang disebabkan oleh asap dari hasil pembakaran kayu bakar. Penggunaan biogas dapat menjadi solusi karena tidak menghasilkan asap yang berbahaya bagi kesehatan, selain itu juga bahan pembuatan biogas sangat mudah ditemukan di daerah pedesaan. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
\n penggunaan kompor biogas sangat bermanfaat bagi masyarakat daerah karena dapat
Karenaberbasis pinjaman online, maka anda sebagai nasabah tidak perlu memikirkan banyak syarat saat melakukan pengajuan pinjaman karena semua bisa anda ajukan dengan syarat yang sangat mudah. Yang menarik dari pinjaman online aman dan terpercaya satu ini adalah anda bisa mendapatkan pinjaman dengan bunga mulai 0% untuk pinjaman dengan tenor
Masalah energi telah menjadi masalah yang cukup rumit dan sukar dihadapi terutama mengenai energi tak terbarukan yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inisiasi yang dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap energi tak terbarukan tersebut. Salah satunya energi yang yang suatu saat akan habis adalah gas, gas diperlukan sebagai bahan bakar tidak hanya di kehidupan rumah tangga melainkan seluruh aktifitas manusia. Maka adapun inisiasi untuk mengakali penggunaan gas bumi dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi untuk dijadikan sebagai biogas yang dapat meringankan beban masyarakat serta menghemat energi. Selain itu limbah kotoran sapi pula dapat dijadikan pupuk kompos yang sangat berguna dalam meregenerasi tanah. Tentunya inisiasi ini sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free © 2021 The Authors. This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution CC-BY license. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Original Research Paper Pemanfaatan Limbah Organik Kotoran Sapi Menjadi Biogas dan Pupuk Kompos Lalu Ali Wardana1*, Nizar Lukman2, Mukmin3, Muhibban Sahbandi4, Mario Sakti Bakti5, Deninta Wasim Amalia6, Ni Putu Ayu Wulandari5, Diana Afrianita Sari5, Cornelius Sopar Nababan7 1Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia 2Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia 3Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia 4Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia 5Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia 6Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia 7Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia Sitasi Wardana, L. A., Lukman, N., Mukmin., Sahbandi, M., Bakti, M. S., Amalia, D. W. Wulandari, N. P. A., Sarri, D. A., & Nababan, C. S 2021. Pemanfaatan Limbah Organik Kotoran Sapi Menjadi Biogas dan Pupuk Kompos. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 41 Received 05 Desember 2020 Revised 30 Desember 2020 Accepted 08 Februari 2021 *Corresponding Author Lalu Ali Wardana, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia; Email aliwardana Abstract Masalah energi telah menjadi masalah yang cukup rumit dan sukar dihadapi terutama mengenai energi tak terbarukan yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inisiasi yang dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap energi tak terbarukan tersebut. Salah satunya energi yang yang suatu saat akan habis adalah gas, gas diperlukan sebagai bahan bakar tidak hanya di kehidupan rumah tangga melainkan seluruh aktivitas manusia. Maka adapun inisiasi untuk mengakali penggunaan gas bumi dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi untuk dijadikan sebagai biogas yang dapat meringankan beban masyarakat serta menghemat energi. Selain itu limbah kotoran sapi pula dapat dijadikan pupuk kompos yang sangat berguna dalam meregenerasi tanah. Tentunya inisiasi ini sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Keywords Energi; Gas bumi; Kotoran sapi ternak; Biogas; Pupuk Kompos. Pendahuluan Permasalahan-permasalahan yang terjadi di zaman globalisasi kini semakin kompleks dan sukar untuk ditangani, salah satunya adalah permasalahan energi, energi merupakan dorongan yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehingga ketika energi mengalami krisis akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Permasalahan energi mempunyai kecenderungan untuk meningkat setiap tahunnya, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Di tahun 2008, negara Indonesia keluar dari OPEC dikarenakan kebutuhan impor bahan bakar minyak sudah melebihi kesanggupan ekspornya. Di lain sisi ketersedian cadangan energi fosil berupa gas dan minyak yang terbatas tidak sebanding dengan peningkatan kebutuhan energi. Memang tidaklah terlalu buruk bagi kita untuk bergantung dengan sumber energi fosil namun juga perlu dipikirkan bahwa energi fosil akan habis beberapa dasawarsa lagi. Karena itu, akhirnya mendorong banyak ilmuwan untuk mencari sumber energi alternatif baru untuk menggantikan sumber energi fosil. Energi terbarukan menjadi cukup penting sehingga membuat kestabilan energi tetap terjaga. Dalam hal ini dapat dicontohkan yaitu bahan bakar gas yang dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga, setiap masyarakat membutuhkan gas untuk memasak, hal ini kemudian menjadi Wardana et al, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 41 201-207 e-ISSN 2655-5263 202 tantangan dimana selain harganya yang cukup mahal, gas juga merupakan energi tak terbarukan sehingga dibutuhkan sebuah inisiasi pengganti bahan bakar gas tersebut. Kotoran sapi kebanyakan hanya dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk kandang namun tanpa proses pengolahan. Biasanya kotoran sapi itu hanya dibiarkan mengering di suatu lahan dan setelah kering baru digunakan untuk penyuburan tanah atau tanaman. Kondisi ini tentu dapat merusak lingkungan, terutama pencemaran udara. Sebab kotoran sapi yang masih basah menimbulkan bau tidak sedap. Ini jelas membahayakan kesehatan bagi orang yang menghirupnya. Padahal jika dianalisis kotoran sapi itu sebenarnya dijadikan bahan dasar dalam pembuatan biogas dan pupuk organik. Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik rumah tangga, sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida Biogas sangat berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan. Hal ini dikarenakan kandungan gas metana CH4 yang tinggi dan nilai kalornya yang cukup tinggi yaitu berkisar antara kkal/m3. Dimana gas metana hanya memiliki satu karbon di setiap rantainya yang membuat pembakarannya lebih ramah lingkungan, hal intentunya merupakan inisiasi yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat dimana dapat menciptakan energi terbarukan sendiri serta dapat bernilai ekonomis. Selain biogas Kotoran sapi juga dapat diolah menjadi pupuk Organik. Pupuk Organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Hal ini pun bisa dikatakan memberikan dampak yang sangat positif yang mana kotoran sapi tidak hanya sia-sia namun memberikan keuntungan. Metode Program ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menampilkan gambaran secara detail tentang suatu situasi serta data yang dikumpulkan berupa berupa kata kata atau gambar dan bukan angka. Pengambilan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan kajian pustaka yang selanjutnya dianalisis untuk menarik sebuah kesimpulan. Hasil dan Pembahasan a. Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik rumah tangga, sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida Biogas sangat berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan. Hal ini dikarenakan kandungan gas metana CH4 yang tinggi dan nilai kalornya yang cukup tinggi yaitu berkisar antara kkal/m3. Dimana gas metana hanya memiliki satu karbon di setiap rantainya yang membuat pembakarannya lebih ramah lingkungan. Biogas merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat tinggi dan cepat daya nyalanya. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik ataupun untuk pengganti gas elpiji. Penggunaan biogas memiliki keselamatan yang lebih aman jika dibandingkan dengan gas elpiji. Misalnya jika pipa atau penampung gas bocor tidak akan terjadi ledakan karena gas yang keluar akan menguap dengan cepat dan jika api didekatkan ke sumber gas maka tidak akan terjadi semburan api yang menyebabkan kebakaran. Sehingga biogas kotoran sapi ini dapat dikatakan bahan bakar yang aman. Selain itu biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk membangkitkan listrik. Sisa kotoran sapi yang digunakan untuk menghasilkan biogas juga dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk budidaya tanaman atau kegiatan pertanian. Biogas sangat bagus bagi kelestarian lingkungan dan membuat lingkungan menjadi lebih bersih karena pemanfaatan limbah yang biasanya hanya terbuang sia sia dan hanya mencemari lingkungan namun Wardana et al, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 41 201-207 e-ISSN 2655-5263 203 dengan teknik tertentu dapat dijadikan biogas yang dapat bermanfaat. Biogas dapat menghemat biaya operasional rumah tangga contohnya pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar minyak lebih hemat ketimbahan bahan bakar lainnya misalnya bahan bakar gas. Biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar pembangkit listrik untuk menggantikan bahan bakar solar sebagai pembangkit listrik. Proses pembuatan biogas dari kotoran sapi terjadi karena adanya dekomposisi bahan organik secara anaerob tertutup dari udara bebas. Proses ini akan menghasilkan suatu gas yang sebagian besar mengandung metana dan karbondioksida CO2. Gas yang terbentuk disebut gas rawa atau biogas. Biogas yang terbentuk dapat dijadikan sebagai bahan bakar, karena mengandung gas metana CH4 yang mudah terbakar. Dimana proses pembusukan anaerob yang terjadi dibantu oleh sejumlah mikroorganisme seperti bakteri yang baik untuk proses fermentasi adalah berkisar antara 25-55oC. Saat suhu tersebut, mikroorganisme dapat bekerja secara optimal untuk merombak bahan-bahan organik. Komposisi gas yang terdapat pada pembentukan biogas, seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Bangunan utama dari cara membuat biogas dari kotoran sapi untuk instalasi biogas yaitu digester yang fungsinya untuk menampung gas metana dari hasil yang diperoleh dari perombakan bahan-bahan organik yang disebabkan oleh bakteri. Besar kecilnya ukuran digester terlihat dari kotoran sapi yang dihasilkan dan seberapa banyak biogas yang diinginkan. Sebaiknya lokasi dimana akan membangun sebuah digester itu harus berdekatan dengan kandang sapi tersebut supaya kotoran sapi tersebut akan mudah untuk disalurkan ke dalam digester sehingga dapat meringankan proses pembuatan biogas. Pada samping digester bangunlah sebuah penampung lumpur, penampung lumpur ini nantinya dipisahkan dan bisa diolah untuk dijadikan pupuk organik padat dan cair. Adapun langkah-langkah pembuatan biogas menggunakan kotoran sapi sebagai berikut 1. Mencampur kotoran sapi secukupnya dengan air yang telah ditentukan banyaknya terus diaduk sehingga akan terbentuk seperti lumpur dengan suatu perbandingan 21 pada bak yang akan digunakan untuk menampung sementara. 2. Mengalirkan lumpur menuju kelubang pemasukkan digester. Untuk lebih mudahnya dalam memasukkan lumpur ke dalam digester yaitu kran gas yang berada di atas digester harus dibuka terlebih dahulu dan udara yang ada didalam digester pun akan mendesak keluar. Untuk pengisian yang pertama harus membutuhkan banyak lumpur sehingga volume di dalam digester terisi penuh. 3. Lakukan penambahan starter yang jumlahnya 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan yang jumlahnya sebanyak 5 karung untuk kebutuhan kapasitas digester 3,5 sampai 5,0 m2. Setelah digester terisi penuh oleh lumpur, kran gas pada digester harus ditutup sehingga terjadi proses fermentasi. 4. Buanglah gas yang pertama dihasilkan pada hari ke 1 sampai hari ke 8. Pada hari ke 10 hingga hari ke 14 akan terbentuk gas metana CH4 dan gas CO2 dan sudah mulai menurun dalam fermentasi tersebut. Pada hari ke 14 maka akan terbentuk gas yang dapat menyalakan api pada kompor gas. Proses pembentukan biogas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu 1. Tahap Hidrolisis Hydrolysis Di tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat kompleks; protein dan lipid menjadi senyawa rantai pendek. Contohnya polisakarida diubah menjadi monosakarida, sedangkan protein diubah menjadi peptide dan asam amino. 2. Tahap Asidifikasi Asidogenesis dan Asetogenesis Pada tahap ini, bakteriAcetobacter aceti menghasilkan asam untuk mengubah senyawa rantai pendek hasil proses hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dan berkembang dalam keadaan asam. Bakteri memerlukan oksigen dan karbondioksida yang diperoleh dari oksigen yang terlarut untuk menghasilkan asam Wardana et al, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 41 201-207 e-ISSN 2655-5263 204 asetat. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentukan gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa berantai pendek menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan sedikit gas ini C6H12O6→ 2C2H5OH + 2CO2+ 2ATP -118kJ per mol termasuk reaksi eksotermis yang menghasilkan energi. 3. Tahap Pembentukan Gas Metana Methanogenesis Pada tahap ini, bakteri Methanobacterium omelianski mengubah senyawa hasil proses asidifikasi menjadi metana dan CO2 dalam kondisi anaerob. Proses pembentukan gas metana ini termasuk reaksi eksotermis. Proses pembuatan biogas dengan menggunakan biodigester pada prinsipnya adalah menciptakan suatu sistem kedap udara dengan bagian–bagian pokok yang terdiri dari tangki pencerna digester tank, lubang input bahan baku, lubang output lumpur sisa hasil pencernaan slurry dan lubang penyaluran biogas yang terbentuk. Dalam digester terkandung bakteri metana yang akan mengolah limbah organik menjadi biogas. Sisa limbah dari biogas tersebut dapat dibuat menjadi pupuk kompos. Penggunaan kotoran sapi sebagai suatu inisiasi pembuatan biogas sangatlah diperlukan oleh masyarakat, termasuk di Desa padamara yang telah dilakukan sebuah percontohan pembuatan biogas dari kotoran Sapi oleh Mahasiswa KKN Universitas Mataram. Dalam proses pengolahan biogas tersebut para mahasiswa menggunakan digester sementara yang berlokasi di kandang kolektif desa Padamara. Proses pembuatan biogas memakan waktu kurang lebih 4-5 minggu dan baru menghasilkan gas dengan tekanan yang kecil, aman digunakan dan akan sangat bermanfaat jika terus di kembangkan oleh masyarakat desa. Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKN Unram yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat desa bekerjasama dengan pihak Balai pengkajian Teknologi Pertanian sebagai pemateri dimana penyuluhan dilakukan ke dalam dua tahap yaitu tahap awal perkenalan tentang cara pembuatan dan manfaat biogas selanjutnya tahap kedua penyuluhan tentang hasil dari biogas tersebut kepada masyarakat dengan menggunakan instalasi sementara yang digunakan sebagai sampel. Gambar 1. Instalasi Biogas Sementara Gambar 2. Instalasi Biogas Permanen Gambar 3. Proses Pengolahan Kotoran Sapi menjadi Biogas Wardana et al, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 41 201-207 e-ISSN 2655-5263 205 b. Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Pupuk Kompos Pupuk Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Pupuk kompos bermanfaat untuk menambah kesuburan tanah. Karena adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik ke dalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang sehingga sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Akibatnya sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki. Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada menjadi beberapa ahli menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik akan meningkatkan populasi musuh alami mikroba tanah sehingga menekan aktivitas saprofitik dari patogen tanaman. Keamanan penggunaannya dapat dijamin. Pupuk organik tidak akan merugikan kesehatan ataupun mencemari lingkungan. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pupuk kompos dari kotoran sapi yaitu 1. Kotoran sapi kering minimal 80 – 83% dan lebih bagus jika bercampur dengan urin 2. Serbuk gergaji atau sekam atau jerami 3. Abu dapur 10% 4. Kapur pertanian 2% 5. Bahan pemacu mikroorganisme Stardec 0,25%. 6. Cairan EM4 Setelah semua bahan tersedia, saatnya lakukan langkah-langkah pengomposan. Cara membuat adalah seperti di bawah ini 1. Campur semua bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan pupuk kompos yaitu kotoran sapi, serbuk gergaji, abu dan kapur dengan merata. kemudian tumpuk di tempat yang terlindungi dari sinar matahari dan hujan secara langsung. Akan lebih baik jika ditumpuk di tempat pembuatan pupuk kompos yang khusus. Biarkan selama 1 hari. 2. Besoknya aduk tumpukan bahan kompos kemudian taburi menggunakan stardec, aduk sampai merata. kemudian tumpuk lagi dengan ketinggian minimal 80 cm. 3. Biarkan tumpukan terbuka sampai 7 hari , namun harus tetap dijaga agar terhindar dari panas dan hujan. Pada hari ke 7, balik tumpukan agar memasok oksigen bisa masuk ke dalam bahan dengan merata. Oksigen dibutuhkan untuk aktivitas mikroba. Pambalikan bahan dilakukan setiap 7 hari sekali. 4. Aktivitas mikroba bisa ditandai dengan adanya peningkatan suhu. Biasanya peningkatan suhu terjadi menjelang hari ke 8 sampai hari ke 21. Pada hari ke 28 suhu akan menurun kembali. Kenaikan suhu yang terjadi bisa sampai 300oC. Suhu yang tinggi ini akan membuat pupuk kompos menjadi steril dari bibit gulma dan bakteri patogen. 5. Campuran kotoran sapi itu sudah menjadi pupuk kompos jika suhu telah netral dan warnanya hitam kecoklatan. 6. Campuran itu kemudian didiamkan beberapa hari untuk proses penguraian. Untuk penguraian tergantung cuaca. Untuk cuaca kering biasanya membutuhkan waktu tiga pekan, sedangkan saat musim hujan lebih lama lagi, yaitu selama enam pekan. Selama proses penguraian, juga harus dibolak-balik, yaitu satu kali seminggu pada musim kering dan saat musim hujan sekali dalam dua Minggu. Untuk pembalikan ini dilakukan tiga kali c. Prinsip pembuatan kompos 1. Menjaga Kelembaban Kelembaban berperanan penting dalam proses pembuatan kompos dan mutu kompos. Kelembaban optimum adalah 50-60 %. Rendahnya kelembaban udara menurunkan proses penguraian, bila terlalu tinggi menghambat aliran udara. 2. Pembalikan Pembalikan diperlukan agar kompos tidak kekurangan udara dan mempercepat proses penguraian. Proses penguraian akan berjalan lambat jika kompos kekurangan udara. Wardana et al, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 41 201-207 e-ISSN 2655-5263 206 3. Peneduh Agar proses penguraian bahan organik berlangsung sempurna usahakan tempat pembuatan kompos terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung. Karenanya tempat kompos perlu dibuatkan pelindung. Setelah penguraian, kotoran sapi yang sudah menjadi pupuk kompos itu selanjutnya digiling sebelum dikemas masih membutuhkan pengayaan lagi agar teksturnya halus. Lalu dikemas dan disalurkan kepada masyarakat khususnya petani. Pembuatan pupuk kompos pun telah dilakukan oleh kelompok KKN Desa Padamara 2018, dimana pupuk kompos dijadikan sebagai salah satu program kerja utama. Pengolahan pupuk kompos sama halnya dengan biogas dengan memanfaatkan kotoran sapi. Langkah-langkah yang dilakukan pun hampir sama yaitu dengan mengadakan penyuluhan sebanyak dua kali dengan mitra yang sama yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Dalam proses pengolahan pupuk kompos, Kelompok KKN Padamara menggunakan galian sebagai wadah yang kemudian semua bahan terdiri dari kotoran sapi, cairan EM4, kapur, sekam, yakult sebagai perangsang mikroba, yang kemudian ditutup secara rapat selama dua hari kemudian, dibolak balik setiap dua hari sekali hingga melebur dan sepenuhnya menjadi pupuk setelah 35 hari. Setelah pupuk tersebut telah jadi kemudian dikemas dan dibagikan masyarakat sebagai sebuah sampel yang kemudian dapat ditiru dan memberikan keuntungan bagi masyarakat di desa Padamara tersebut. Gambar 4. Proses Pembuatan Pupuk Gambar 5. Pupuk Ditutup Dengan Rapat Gambar 6. Pupuk yang Telah Jadi Gambar 7. Pupuk Telah Dikemas Kesimpulan Kotoran sapi yang dianggap menjadi limbah dan sering meresahkan masyarakat ternyata memiliki potensi dan nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika diolah dengan baik kotoran sapi dapat dijadikan beberapa hal yang bermanfaat yaitu biogas dan pupuk kompos. Biogas Wardana et al, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2021, 41 201-207 e-ISSN 2655-5263 207 sebagai sebuah inisiasi energi terbarukan yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia yang mana selain bernilai ekonomis, juga menciptakan dunia yang hemat energi. Selain itu kotoran sapi jika dijadikan pupuk Kompos juga memiliki potensi yang sangat berguna untuk menjaga kesuburan tanah dan menciptakan hasil panen yang maksimal dalam dunia pertanian. Kelompok KKN Padamara 2018 telah melakukan sebuah pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan kotoran sapi yang pada mulanya dianggap sebagai masalah kini menjadi potensi yang akan sangat berguna dalam kehidupan masyarakat desa, yang mana dengan mengolah kotoran sapi tersebut menjadi biogas dan pupuk kompos. Tentunya inisiasi ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat bahkan kotoran sapi yang dianggap sebagai masalah ternyata memiliki potensi yang sangat luar biasa, oleh karena itu diharapkan kepada masyarakat dengan adanya pemberdayaan tersebut masyarakat dapat tergerak dan kemudian melanjutkan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk kompos sehingga akan memberikan keuntungan bagi masyarakat desa Padamara. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih setinggi-tingginya kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, terutama pada Bapak Rektor Unram, Ketua Lembaga Pengabdian kepada masyarakat Unram, mahasiswa yang terlibat dan Kepala desa beserta staf, Masyarakat Desa Padamara Lombok Timur yang senantiasa membantu dan menemani kami dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Daftar Pustaka Anonim. “Petunjuk Pembuatan Pupuk Organik/ Kompos”. Universitas Muhammadiyah Palembang Palembang Aprianti, Y. 2005. Andrias Wiji Setio Pamuji Penemu reaktor biogas. Kompas Jakarta. Hartmann, H. dan B. K. Ahring. 2005. “The future biogas productions”. http// /rispubVSYS/syspdf/energconf05/session6 Purwendro, Setyo. 2009. Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida organic. Penebar Swadaya, Jakarta Rasti, Diah. Dkk. 2012.“KOMPOS”. Litbang E-book pada Soepardjo, 2005. Energi baru dan terbarukan. Kompas Jakarta Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. ... Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil Sulistiyanto, et al., 2016.Jika diolah dengan baik kotoran sapi dapat dijadikan hal yang bermanfaat yaitu biogas. Biogassebagai sebuah inisiasi energi terbarukan yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia yang mana selain bernilai ekonomis, juga menciptakan dunia yang hemat energi Wardana, et al., 2021. ... KandariSafril KasimLa Ode SiwiJunartin TekeMasyarakat Desa Aunupe memiliki permasalahan dalam pengelolaan potensi desa khususnya obyek wisata agro agro-ekowisata. Permasalahan yang ada melingkupi aspek lingkungan, pengelolaan, hingga aspek sumber daya manusia. Diantaranya yaitu Desa Aunupe belum memiliki pengelolaan sampah yang baik dan optimal. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah Pengelolaan Agroekowisata Berbasis Lingkungan Melalui Pengelolaan Sampah sebagai Salah Satu Upaya Pemulihan Ekonomi pada Era New Normal Desa Aunupe Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe yang digunakan adalah 1 Ceramah, 2 Diskusi/FGD, 3 Pelatihan, dan4 yang diperoleh yaitu persentase keberhasilan pembuatan pupuk kompos mencapai 90% dan akan mencapai 100% apabila telah digunakan oleh warga masyarakat keberhasilan pembuatan instalasi biogas mencapai 90% dan akan mencapai 100% apabila gas yang dihasilkan dapat dihubungkan langsung ke kompor gas agar dapat digunakan dalam rumah keberhasilan pembuatan ekoenzim mencapai 40% dan akan mencapai 100% apabila masa fermentasi selama 3 bulan telah selesai sehingga cairan yang dihasilkan dapat digunakan masyarakat sebagai penyiram hama tanaman serta pembersih kaca jendela dalam rumah persentase keberhasilan pembuatan ecobrick mencapai 60% dan akan mencapai 100% apabila telah dibuatkan beberapa jenis kerajinan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa sampah mempunyai banyak manfaat yaitu menciptakan lingkungan yang sehat dan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga pentingnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat mengenai Pengelolaan Agroekowisata Berbasis Lingkungan Melalui Pengelolaan Sampah. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini diperoleh kesimpulan bahwa setelah mengikuti penyuluhan dan pelatihan masyarakat dapat mengetahui manfaat dan cara pengelolaan sampah yang LatifKabupaten Bandung merupakan salah satu sentra peternakan sapi baik sapi potong maupun sapi perah terbesar di Jawa Barat. Pada tahun 2021 jumlah populasi sapi perah sebanyak ekor dan sapi potong sebanyak ekor. Peternakan sapi menghasilkan limbah ternak yang mempunyai dampak negatif bagi makhuk hidup dan lingkungan. Artikel ini membahas terkait potensi pengelolaan limbah ternak sapi dengan pendekatan circular economy. Metode yang digunakan yaitu dengan cara melakukan kajian literatur, mencari sumber referensi atau jurnal baik jurnal nasional maupun jurnal internasional. Dalam penulisan artikel ini juga dilakukan pencairan data dengan menggunakan media online seperti google dan situs-situs jurnal. Selain itu artikel ini juga didukung dengan data-data sekunder terkait peternakan sapi di Kabupaten Bandung. Hasil diskusi menunjukkan bahwa pada tahun 2021 terdapat potensi pengolahan limbah ternak sapi menjadi biogas dan pupuk organik yaitu sebesar m3 gas bio yang setara dengan kWh listrik atau berpotensi menghasilkan pupuk organik. Pengelolaan limbah ternak sapi berbasis circular economy membutuhkan kolaborasi sektor peternakan dengan sektor lainnya seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, hortikultura, dan tanaman pangan lainnya. Pendekatan circular economy menekankan pada penggunaan sumber daya secara maksimal dan meminimalisir limbah yang dihasilkan. Penerapan circular economy pada pengelolaan limbah ternak akan mendukung terciptanya pembangunan Hartmann Birgitte K AhringBiogas production has usually been applied for waste treatment, mainly sewage sludge, agricultural waste manure and industrial organic waste streams. Throughout the recent years the performance of biogas reactors has been increased through a better control of the process and improved reactor design based on a better understanding of the process mechanisms and inhibiting factors. In order to improve the economical feasibility of biogas production, a new concept will take over biorefinery. The goal of the biorefinery concept is to convert close to 100% of the incoming biomass into energy or valuable by- products. One of the currently investigated biorefinery concepts for biogas production from manure implies the separation of manure into a solid and a liquid fraction and their specific treatment in a UASB upflow anaerobic sludge blanket reactor and a CSTR continuous stirred tank reactor, respectively. The solid fraction can be pre-treated more adequately and each effluent of the two fractions has specific nutrient contents, which will improve its value as a fertilizer Pembuatan Pupuk Organik/ KomposAnonimAnonim. "Petunjuk Pembuatan Pupuk Organik/ Kompos". Universitas Muhammadiyah Palembang PalembangMengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida organicSetyo PurwendroPurwendro, Setyo. 2009. Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida organic. Penebar Swadaya, JakartaKOMPOS". Litbang E-book pada RastiDkkRasti, Diah. Dkk. 2012."KOMPOS". Litbang E-book pada Organik Menuju Pertanian Alternatif dan BerkelanjutanR SutantoSutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
FungsiEmbung ini sangat bermanfaat sebagai pengairan lahan pertanian yang sangat luas yang berada disekitarnya. Untuk kedalaman emb pklngerjo on 2021-10-28

Sistem pembekaran yang terjadi pada tunggu/kompot biomassa tradisional memberi berdampak buruk terhadap kesehatan pengguna karena efesiensi pembakaran yang rendah mengakibatkan timbulnya banyak asap yang menggangu kesehatan pengguna. Pada kegiatan community service ini, diperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang telah dikembangkan dan memiliki sistem pembakaran yang lebih sempurna, sehingga efesiensinya jauh lebih baik. Kegiatan ini berbentuk penyuluhan atau sosialisasi yang menjelaskan kepada masyarakat tentang kompor biomassa semi gasifikasi, nilai ekonomis dari penggunaan kompor biomassa semi gasifikasi, kelebihan menggunakan kompor biomassa, dan hubungan efesiensi pembakaran terhadap pembakaran, dampak positif bagi kesehatan serta bagian-bagian penting dari kompor biomassa semi gasifiksi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab untuk memantapkan pemahaman mereka terhadap kompor biomassa yang telah dikembangkan serta mencerahkan keraguan mereka. Kegiatan ini berjalan lancar dan diterima baik oleh masyarakat, terlihat dari keaktifan mereka dalam berinteraksi dengan pemateri tentang kompor biomassa selama kegiatan berlangsung. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Dapat diakses secara online di Buletin Pembangunan Berkelanjutan Penerbit Universitas Islam Riau UIR Press Kompor Biomassa Sebagai Salah Satu Teknologi Tepat Guna Masyarakat Pedesaan Jhonni Rahman1 1Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Jln. Kaharuddin Nasution Km. 113 Marpoyan, Pekanbaru, Riau, Indonesia – 28284 *Penulis koresponden jhonni_rahman Riwayat Dikirim 1 Desember 2021 Direvisi 30 Desember 2021 Diterima 31 Desember 2021 Sistem pembekaran yang terjadi pada tunggu/kompot biomassa tradisional memberi berdampak buruk terhadap kesehatan pengguna karena efesiensi pembakaran yang rendah mengakibatkan timbulnya banyak asap yang menggangu kesehatan pengguna. Pada kegiatan community service ini, diperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang telah dikembangkan dan memiliki sistem pembakaran yang lebih sempurna, sehingga efesiensinya jauh lebih baik. Kegiatan ini berbentuk penyuluhan atau sosialisasi yang menjelaskan kepada masyarakat tentang kompor biomassa semi gasifikasi, nilai ekonomis dari penggunaan kompor biomassa semi gasifikasi, kelebihan menggunakan kompor biomassa, dan hubungan efesiensi pembakaran terhadap pembakaran, dampak positif bagi kesehatan serta bagian-bagian penting dari kompor biomassa semi gasifiksi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab untuk memantapkan pemahaman mereka terhadap kompor biomassa yang telah dikembangkan serta mencerahkan keraguan mereka. Kegiatan ini berjalan lancar dan diterima baik oleh masyarakat, terlihat dari keaktifan mereka dalam berinteraksi dengan pemateri tentang kompor biomassa selama kegiatan berlangsung. Kata Kunci Tungku tradisional Efisiensi pembakaran Kompor biomassa Kesehatan PENDAHULUAN Sebagai daerah agraris Riau merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber energy yaitu biomassa. Dengan banyaknya biomassa yang ada di propinsi Riau, masyarakat pedesaan dapat memanfaatkan biomassa tersebut untuk berbagai kebutuhan. Salah satu bentuk pemanfaatan biomassa yang sering dilakukan di daerah pedesaan ialah sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak rumah tangga sehari-hari. Namun, pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar di pedesaan masih belum optimal karena masih menggunakan cara dan alat tradisional yang memberi dampak negative bagi pengguna Pathak et al., 2019. Diantaranya adalah permasalahan ganguan pernafasan pernafasan yang sering ditemukan pada masyarakat pengguna kompor masak tradisional Robin, et al., 1996. Bahkan tidak sedikit masalah tersebut merambah ke anak-anak dibawah umur yang secara tidak sengaja menghirup asap hasil pembakaran dari kompor tradisional ketika memasak. WHO telah mengeluarkan keterangan bahwa lebih dari 10% kematian dini yang terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun akibat penyakit pneumonia yang bersumber dari partikel-partikel halus yang berasal dari asap pembakaran kompor tradisional Statistik WHO, 2014. Dan kasus seperti ini sering terjadi di daerah pedesaan yang memiliki ekonomi relative rendah. Sehingga meskipun mereka menyadari atau merasakan efek buruk dari asap kompor Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 2 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 tradisional, mereka masih terpaksa untuk tetap menggunakannya. Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan alasan, bisa jadi dikarenakan susahnya mendapatkan bahan bakar fosil dan gas karena wilayah yang sulit terjangkau. Bisa jadi karena faktor ekonomi yang tidak memungkinkan bagi masyarakat ekonomi rendah untuk membeli bahan bakar fosil dan gas. Ditambah lagi dengan harga bahan bakar fosil yang terus melambung. Sementara itu di pedesaan masyarakat tidak membutuhkan dana sedikitpun untuk mendapatkan bahan bakar mengingat sumber bahan bakar alami tersedia melimpah disekitar mereka. Sehingga mereka bisa menyisihkan uang mereka untuk keperluan penting lainnnya. Gambar 1 adalah contoh kondisi masyarakat yang menggunakan kompor biomassa tradisional untuk memasak. Foto ini menggambarkan salah satu kebiasaan masyarakat setempat yang sering memasak sambil menggendong anak mereka. Gambar 1. Tungku masak tradisional di pedesaan Giyanto, 2020 Dalam ilmu konversi energi, timbulnya banyak asap akibat pembakaran menunjukkan proses pembakaran secara tradisional masih terlalu jauh dari sempurna. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dalam maupun luar negeri efisiensi pembakaran dengan menggunakan cara tradisional masih sangat rendah yaitu sebesar kurang dari 15 % tergantung bahan bakar Julita et al., 2019. Hal ini menunjukkan bahwa potensi energi yang ada pada bahan bakar biomassa masih belum dimamfaatkan dengan baik, sehingga sering menjadi pemborosan dalam penggunaan bahan bakar biomassa. Optimalisasi performa biomassa untuk kebutuhan memasak, dapat dilakukan pada dua aspek, yaitu aspek bahan bakar dan aspek alat pembakaran dalam hal ini adalah kompor. Optimalisasi biomassa dalam aspek bahan bakar biasanya dilakukan dengan membuat bahan bakar biomassa menjadi bentuk yang lebih mudah digunakan dan performa yang lebih baik seperti briket, peningkatan kualitas, dan lain lain Elfiano, 2013; Elfiano et al., 2014. Sedangkan dalam aspek media pembakaran dapat dikembangkan melalui pembuatan model kompor biomassa yang mampu menghasilkan proses pembakaran yang lebih sempurna Rahman, 2015. Untuk masyarakat pedesaan pengembangan kompor biomassa merupakan solusi yang paling tepat dalam mengurangi masalah ditinjau dari berbagai aspek. Sejauh ini sudah banyak model model kompor biomassa yang memiliki efesiensi pembakaran yang memiliki efesiensi pembakaran yang lebih baik dari pada kompor tradisional, seperti kompor biomassa gasifikasi yang telah dikembangkan saat ini Julita et al., 2019. Sistem pembakaran yang terjadi pada kompor gasifikasi jauh lebih bersih dari pada kompor tradisional karena emisi yang dihasilkan jauh lebih sedikit. Sehingga tidak hanya less risk bagi pengguna tetapi juga hemat bahan bakar. Dan yang terpenting adalah penggunaan kompor biomassa dengan performa yang lebih baik mampu meningkatkan Kesehatan pengguna karena efek buruk dari asap sisa pembakaran dapat diminimalisir dengan baik Adler, 2010. Kegiatan community service melalui penyuluhan ini dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu menginformasikan kepada masyarakat setempat dampak negative asap bagi kesehatan pengguna dan orang terdekat mereka yang ditimbulkan ketika memasak menggunakan kompor/tungku tradisional. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 3 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Selanjutnya, kegiatan ini juga dilakukan untuk memperkenalkan salah satu model kompor biomassa gasifikasi natural yang dikembangkan oleh Prodi Teknik Mesin Universitas Islam Riau UIR sebagai salah satu solusi implementasi teknologi tepat guna ditengah-tengah masyarakat serta kelebihannya dibandingkan kompor biomassa tradisional. Gambar 2 adalah foto dari kompor biomassa semi gasifikasi hasil pengembangan Prodi Teknik Mesin UIR Rahman, 2015. Gambar 2. Tungku biomassa semi gasifikasi pengembangan Prodi Teknik Mesin UIR METODE PELAKSANAAN Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di desa Danau Pulai Indah kecamatan Kempas Jaya kabupaten Indragiri Hilir pada tanggal 8 Agustus 2016. Untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan kegiatan ini diatur sedemikian rupa sehingga dapat berjalan dengan baik dari sebelum penyuluhan diadakan sampai akhir kegiatan dengan beberapa tahapan, yaitu, 1. Tahap persiapan Tahapan ini dilakukan dengan menghubungi pihak kelurahan jauh hari sebelum kegiatan dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk menginformasikan pihak pimpinan desa akan maksut dan tujuan kegiatan serta manfaat yang didapatkan dari kegiatan ini. Hal ini juga ditujukan agar informasi mengenai pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebar dengan baik sehingga pengetahuan tentang teknologi tepat guna ini tersampaikan kepada sebagian besar masyarakat. Selain itu, persiapan kelengkapan perangkat pada prototip kompor biomassa yang dipresentasikan sebagai model dicek dengan teliti agar permasalahan teknis tidak terjadi. 2. Tahap penyuluhan Tahapan ini merupakan tahapan inti yang berhubungan langsung dengan masyarakat setempat. Pada tahapan ini kegiatan penyuluhan/sosialisasi kompor biomassa dilaksanakan dengan urutan pengenalan tentang pemanfaatan sumber daya alam. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian dampak-dampak buruk yang ditimbulkan dari penggunaan tungku tradisional berdasarkan data-data yang meyakinkan dari sumber-sumber terpecaya, memperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang memiliki performa yang lebih baik, aman, serta serta hemat pemakaian bahan bakar, dan lain lain. 3. Tahap diskusi Pada tahapan ini interaksi antara narasumber dan perserta dilaksanakan melalui tanya jawab langsung. Dan untuk membuat suasana lebih hidup, diskusi tidak hanya melibatkan dosen dan masyarakat, tetapi juga mahasiswa dari daerah local. Pada tahapan ini diskusi tidak hanya membahas tentang teknologi tepat guna kompor biomassa semi gasifikasi, tetapi juga menerima masukan dari masyarakat setempat tentang masalah-masalah lain yang mereka alami dan teknologi tepat guna lainnya yang mereka butuhkan. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 4 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembahasan Kegiatan Gambar 3 sampai Gambar 5 menunjukkan suasana kegiatan ketika narasumber memberikan penjelasan kepada peserta penyuluhan, dilanjutkan interaksi tanya jawab dengan perserta penyuluhan dan penjelasan yang lebih spesifik tentang bagian-bagian kompor biomassa gasifikasi. Penyampaian materi penyuluhanMateri penyuluhan tentang kompor biomassa yang disampaikan pada kegiatan ini meliputi penjelasan tentang kompor biomassa, aspek-aspek penting terkait kompor biomassa, alasan dan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan kompor biomassa, peranan kompor biomassa dalam mengurangi efek buruk hasil pembakaran, sejauh mana energi yang dapat dihemat dengan menggunakan kompor biomassa, serta menjelaskan model dan bagian-bagian dari kompor biomassa yang telah dirancang oleh Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Riau. Ceramah interaktif yang dilakukan dengan bantuan ilustrasi gambar dan foto pada slide power point sangat membantu peserta kegiatan dalam memahami informasi yang disampaikan. Metode ini juga memudahkan dalam penjelaskan contoh-contoh pemanfaatan sumber daya alam disekitar masyarakat yang tidak/belum termanfaatkan untuk diolah dan dijadikan bahan bakar yang dapat digunakan pada kompor biomassa. Pokok pembahasan yang disampaikan adalah sebagai berikut, 1. Teknologi tepat guna di rumah tangga, 2. Alasan memasak dengan menggunakan kayu/biomassa, 3. Kerugian memasak dengan menggunakan kompor biomassa tradisional, 4. Bahaya yang ditimbulkan oleh asap sisa pembakaran kompor tradisional, 5. Keuntungan memasak dengan rancangan kompor biomassa, 6. Model dan bagian-bagian dari rancangan kompor biomassa, 7. Bahan bakar yang dapat digunakan pada kompor biomassa. Pengalaman-pengalaman yang telah dialami oleh peserta dalam hal memasak dengan menggunakan kompor/tungku tradisional maupun pertanyaan yang berhubungan dengan materi penyuluhan disampaikan pada sesi diskusi dan tanya jawab, sehingga materi yang disampaikan lebih jelas dipahami dan manfaat yang dirasakan terkait dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh kebanyakan orang tua. Selain itu hal-hal lain yang dirasakan oleh masyarakat terkait dengan cara pengolahan sampah untuk menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar juga didiskusikan bersama untuk mencari solusi yang tepat dan sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Termasuk juga didalamnya membahas tentang teknologi-teknologi tepat guna yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Gambar 3. Penyampaian materi penyuluhan oleh narasumber Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 5 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Gambar 4. Tanya jawab dengan peserta penyuluhan Gambar 5. Penjelasan detail tentang fungsi setiap bagian kompor biomassa 2. Evaluasi Kegiatan Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat yang terjadi dalam melaksanakan program pengabdian pada masyarakat ini. Secara garis besar faktor pendukung dan penghambat tersebut dapat kami jelaskan sebagai berikut a. Faktor Pendukung 1 Tersedia fasilitas yang memadai berupa laptop, proyektor, kamera digital, pengeras suara dan pointer dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, 2 Antusiasme para peserta yang cukup tinggi terhadap materi penyuluhan, 3 Dukungan dari pihak Kantor Desa yang menyambut baik pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan membantu tim pengabdian mengatur waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, 4 Ketersediaan dana pendukung dari Lembaga Pengabdian pada masyarakat LPM-UIR guna penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini b. Faktor Penghambat 1. Peserta penyuluhan terdiri dari berbagai perbedaan kalangan usia dan latar belakang pendidikan sehingga ada kekhawatiran materi yang disampaikan tidak dapat ditangkap sepenuhnya, terutama untuk warga yang latar belakang pendidikannya sangat rendah. 2. Keterbatasan waktu untuk pelaksanaan penyuluhan sehingga beberapa materi tidak dapat disampaikan secara baik. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 6 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 3. Tempat pelaksanaan didalam ruangan sehingga tidak dapat dilakukan demostrasi untuk melihat bagaimana kinerja kompor biomassa dibandingkan kompor tradisional yang telah ada dimasyarakat. KESIMPULAN Program pengabdian pada masyarakat berupa penyuluhan mengenai keunggulan kompor biomassa dibandingkan kompor-kompor tradisional terhadap kesehatan dan penghematan bahan bakar ini diharapkan mampu menambah wawasan, pengetahuan dan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan penggunaan kompor biomassa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pada kesempatan ini juga diperkenalkan pengembangan kompor biomassa semi gasifikasi dan bagian-bagian-bagian penting di dalam kompor biomassa semi gasifikasi hasil rancangan Program Studi Teknik Mesin Universitas Islam Riau. Dengan diperkenalkan bagian-bagian dari kompor biomassa semi gasifikasi diharapkan masyarakat sekitar dapat mencontohnya, membuat dan menggunakan model kompor tersebut untuk kebutuhan memasak. Selain itu bagi masyarakat yang memiliki kemampuan/skill dalam membuat kompor tersebut, maka hal ini dapat dijadikan sebagai sarana baru dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Program kegiatan penyuluhan ini disertakan dengan modul materi sehingga peserta dapat mengambil pelajaran/informasi mengenai perbandingan menggunakan kompor biomassa semi gasifikasi dengan kompor-kompor biomassa tradisional yang dipergunakan oleh masyarakat selama ini. Kegiatan ini mendapat sambutan sangat baik dari seluruh peserta dan dinas terkait yang terbukti dengan keaktifan peserta mengikuti penyuluhan dengan tidak meninggalkan tempat sebelum waktu penyuluhan berakhir, serta adanya permintaan masyarakat setempat untuk diadakan kembali kegiatan lanjutan tentang workshop cara pembuatan kompor biomassa semi gasifikasi. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada Universitas Islam Riau atas izin dan dukungan finansial sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Begitu juga halnya kepada pihak kelurahan desa Pulai Indah Kec. Kempas Jaya Kab. Indragiri Hilir, telah bersedia menerima kami dan menyebar luaskan informasi kegiatan ini kepada masyarakat desa Pulai Indah. DAFTAR PUSTAKA Adler, T., 2010. Better Burning, Better Breathing; Improving Health with Cleaner Cook Stoves. Enviromental Health Perspectives, 1183. Elfiano, E., Natsir, M., & Indra, D. 2014. Analisa Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang Kayu. In Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti. Elfiano, E. Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi. Giyanto, G. 2020. Kajian Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku Tradisional. In Prosiding Seminar Nasional NCIET. 11, 6-19. Julita, R., Rionaldo, H., Andrio, D., & Zulfansyah, Z. 2019. Performa kompor gasifikasi champion stove. Pathak, U., Kumar, R., Suri, T. M., Suri, J. C., Gupta, N. C., & Pathak, S. 2019. Impact of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian village. Lung India Official Organ of Indian Chest Society, 365, 376. Rahman, J. 2015. Perancangan Kompor Biomassa Yang Bebas Polusi. Jurnal Relevansi, Akurasi Dan Tepat Waktu RAT, 41, 555-561. Robin, L. F., Lees, P. S., Winget, M., Steinhoff, M., Moulton, L. H., Santosham, M., & Correa, A. 1996. Wood-burning stoves and lower respiratory illnesses in Navajo children. The Pediatric infectious disease journal, 1510, 859-865. World Health Organization. 2014. World Health Statistics ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Tina AdlerEvery morning and evening, millions of women in India spend an hour or two cooking their rice, dal, curry, and roti or other flat bread. Most will prepare their meals over a smoky, 3-stone open fire or a traditional clay or brick cook stove called a chulha. The stoves burn a mix of wood, hay, or cow dung that the women collect from around their homes or, at times, far from the safety of their villages. The old-fashioned chulhas cook slowly, imparting a delicious flavor to the food that many Indians love. But everyone—from the women cooking their meals to international health experts—knows the smoke from the fires has a dark side, literally and figuratively. Users say the smoke burns their eyes and blackens their pots and kitchen walls. Climatologists such as Veerabhadran Ramanathan, a professor at the University of California, San Diego, say the black carbon soot from the smoke, which blankets the villages, contributes to anthropogenic climate change. Health experts report that smoke exposure increases the risk of numerous diseases. “Day in and day out, and for hours at a time, women and their small children breathe in amounts of smoke equivalent to consuming two packs of cigarettes per day,” the World Health Organization WHO reported in the 2006 report Fuel for Life Household Energy and Health. To date, the few nongovernmental organizations, companies, and development and public health agencies that have tried to replace these traditional stoves have met with only isolated successes in large-scale programs. Now India intends to launch one of the largest improved cook stove initiatives in the world, its government announced in December 2009. Although several other governments have stove replacement programs, India’s has a larger potential than most. Clean-stove experts warn there is no one perfect stove or stove program that will solve India’s—or any other country’s—problem with smoke exposure. “Almost certainly, we need a range of options for different groups defined by geography, socioeconomic level, and culture,” says Nigel Bruce, a consultant to the WHO and senior lecturer at the University of Liverpool. “It is possible that a common technology could be at the core of these, but I would not assume that either.”Background Acute lower respiratory illnesses ALRI have been associated with exposure to domestic smoke. To examine further this association, a case-control study was conducted among Navajo children seen at the Public Health Service Indian Hospital at Fort Defiance, AZ. Methods Cases, children hospitalized with an ALRI n = 45, were ascertained from the inpatient logs during October, 1992, through March, 1993. Controls, children who had a health record at the same hospital and had never been hospitalized for ALRI, were matched 11 to cases on date of birth and gender. Home interviews of parents of subjects during March and April, 1993, elicited information on heating and cooking fuels and other household characteristics. Indoor air samples were collected for determination of time-weighted average concentrations of respirable particles <10 μm in diameter. Results Age of cases at the time of admission ranged from 1 to 24 months median, 7 months; 60% of the cases were male. Matched pair analysis revealed an increased risk of ALRI for children living in households that cooked with any wood odds ratio OR, 95% confidence interval CI, to had indoor air concentrations of respirable particles ≥65 μg/m3 90th percentile OR 95% CI to and where the primary caretaker was other than the mother OR 9, 95% CI to Individual adjustment for potential confounders resulted in minor change <20% in these results. Indoor air concentration of respirable particles was positively correlated with cooking and heating with wood P < but not with other sources of combustion emissions. Conclusions Cooking with wood-burning stoves was associated with higher indoor air concentrations of respirable particles and with an increased risk of ALRI in Navajo Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang KayuE ElfianoM NatsirD IndraElfiano, E., Natsir, M., & Indra, D. 2014. Analisa Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang Kayu. In Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non-KarbonisasiE ElfianoElfiano, E. Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku TradisionalG GiyantoGiyanto, G. 2020. Kajian Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku Tradisional. In Prosiding Seminar Nasional NCIET. 11, of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian villageR JulitaH RionaldoD AndrioZ ZulfansyahU PathakR KumarT M SuriJ C SuriN C GuptaS PathakJulita, R., Rionaldo, H., Andrio, D., & Zulfansyah, Z. 2019. Performa kompor gasifikasi champion stove. Pathak, U., Kumar, R., Suri, T. M., Suri, J. C., Gupta, N. C., & Pathak, S. 2019. Impact of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian village. Lung India Official Organ of Indian Chest Society, 365, Health Organization. 2014. World Health Statistics

tradisional1Lihat jawabanIklanIklan KerennnnnnKerennnnnnKelebihanModern mempersingkat waktu produksi memperbanyak hasil produksiTradisional menyerap banyak tenaga

Sapi merupakan hewan yang kotorannya dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Foto PixabayKotoran sapi dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti kompor bahan bakar minyak. Penggunaan bahan bakar kotoran sapi ini dinamakan dengan istilah bahan bakar biogas. Biogas mengandung metana yang berfungsi untuk mempercepat merupakan sumber energi terbarukan dan dapat dijadikan sebagai energi alternatif pengganti energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi dan gas alam. Hal ini diperlukan, mengingat energi yang berasal dari fosil merupakan energi yang tidak dapat dapat menjaga ketersediaan sumber energi yang berasal dari fosil, kompor biogas kotoran sapi juga dinilai ramah lingkungan. Ramah lingkungan yang dimaksud adalah pembuatan dan penggunaan produk biogas dapat membantu mengurangi faktor yang merusak mengapa kompor biogas kotoran sapi dinilai ramah terhadap lingkungan? Simak uraian lengkapnya berikut pabrik pembuatan biogas. Foto PixabayAlasan Kompor Biogas Kotoran Sapi Dinilai Ramah LingkunganDilansir melalui situs belajar milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, penggunaan kompor biogas kotoran sapi dinilai ramah lingkungan karena beberapa alasan berikut Proses pembuatan biogas mendaur ulang limbah kotoran sapiLimbah dari proses pembuatan biogas dapat digunakan sebagai pupuk. Pupuk yang diperoleh dari sisa perombakan sampah menjadi biogas mengandung senyawa organik dan anorganik yang diperlukan oleh tanaman, yaitu senyawa karbon organik, senyawa kalium, senyawa fosfat maupun nitrogen sumber unsur N.2. Biogas tidak mencemari lingkungan dan berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaruiKotoran yang dibiarkan menumpuk tanpa pengolahan dapat membahayakan kesehatan manusia, karena mengandung racun dan bakteri-bakteri patogen, seperti Escherichia coli. Kotoran tersebut juga dapat mencemari lingkungan, jika terbawa air dan masuk ke dalam tanah dan air sungai. Belum lagi bau tidak sedap yang ditimbulkannya sangat mengganggu kenyamanan. 3. Penggunaan biogas membantu menurunkan emisi gas rumah kaca yang memicu pemanasan globalMetana yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan karbon dioksida. Pembakaran metana pada biogas mampu mengubahnya menjadi karbon dioksida, sehingga mengurangi kemunculan metana dalam sirkulasi udara di muka bumi. 4. Penggunaan biogas membantu mengurangi polusi udara dari asap pembakaran bahan bakar minyakKelebihan biogas dibandingkan dengan minyak tanah ataupun kayu bakar adalah biogas dapat menghasilkan api biru yang bersih dan tidak menghasilkan asap, sehingga kebersihan udara tetap biogas dimanfaatkan di perdesaan yang sebagian mata pencahariaan penduduknya di bidang peternakan. Foto PixabayPemanfaatan BiogasBiogas dapat menjadi salah satu sumber energi alternatif yang memiliki prospektif untuk dikembangkan. Teknologi pembuatan biogas kotoran sapi merupakan teknologi tepat guna, yang cocok diterapkan di daerah pedesaan terutama daerah pembuatan biogas relatif murah dan mudah, karena bahan bakunya cukup melimpah dan peralatan yang digunakan cukup merupakan sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada BBM. Selain sebagai pengganti BBM, biogas merupakan energi yang ramah lingkungan dan dapat menambah pendapatan masyarakat. .
  • 6eribmicv8.pages.dev/307
  • 6eribmicv8.pages.dev/265
  • 6eribmicv8.pages.dev/262
  • 6eribmicv8.pages.dev/430
  • 6eribmicv8.pages.dev/398
  • 6eribmicv8.pages.dev/438
  • 6eribmicv8.pages.dev/280
  • 6eribmicv8.pages.dev/307
  • penggunaan kompor biogas sangat bermanfaat bagi masyarakat daerah karena dapat